Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 20 November 2011



1.1.   Latar Belakang
Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia yang membedakan antara manusia dengan mahluk lain. Dengan dasar berpikir ini, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akan dapat memikirkannya (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2007 : 97). Dengan berpikir manusia dapat menaklukan semua yang ada disekitarnya dengan mengembangkan dan membentuk kebudayaan. Kemampuan berpikir yang baik didukung dengan kemampuan langkah-langkah ilmiah dalam memperoleh hasil yang optimal. Berpikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal, manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Dengan dernikian akal merupakan intinya, sebagal sifat hakikat, sedang makhluk sebagai genus yang merupakan hakikat dzat, sehingga manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal.
Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran di samping rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai kebaikan. Dengan akal inilah manusia depat. Berpikir untuk mencari kebenaran hakiki, Secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi 2 macam berpikir yaitu berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, misal tentang panasnya api yang dapat membakar. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2007 : 97)
 Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Oleh karena itu, proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan diperlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguaaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tidak dapat dilakukan.
            Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika statistika dan logika, agar dalam kegiatan ilmiah tersebut dapat berjalan dengan baik, teratur dan cermat.
Ilmu-ilmu baru tersebut tidak serta merta muncul melainkan lahir dari proses kegiatan ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir yang ilmiah juga. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan. Singkat kata, mempelajari sarana ilmiah sangat penting bagi semua orang yang melakukan kegiatan ilmiah. Oleh karena itu, kami tertarik untuk membahas hal tersebut dalam makalah ini dengan judul “ Sarana Berpikir Ilmiah”
1.2.   Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.  Bagaimanakah bahasa  sebagai  sarana berpikir ilmiah?
2.     Bagaimanakah matematika  sebagai  sarana berpikir ilmiah?
3.     Bagaimanakah statistika  sebagai  sarana berpikir ilmiah?
4.     Bagaimanakah logika  sebagai  sarana berpikir ilmiah?
1.3   Tujuan
1.       Untuk mengetahui bahasa sarana dalam berpikir ilmiah
2.       Untuk mengetahui matematika sarana dalam berpikir ilmiah
3.       Untuk mengetahui statistika sarana dalam berpikir ilmiah
4.       Untuk mengetahui logika sarana dalam berpikir ilmiah

1.4. Manfaat
Manfaat yang di harapkan dari makalah ini :
1.       Teoretis: untuk mengkaji ilmu filsafat khususnya dalam memahami sarana berpikir ilmiah
2.       Umum : untuk meberikan informasi sarana berpikir ilmiah sehingga memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat sehingga memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik
1.5. Pembahasan
Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini seyogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah tersebut. Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat yang membantu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh. Dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas sarana berpikir ilmiah yakni bahasa, matematika,  statistika dan logika.
A.       BAHASA
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah, dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Menurut Ernest Cassirer, sebagaimana yang dikutip oleh Jujun, bahwa keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikir melainkan terletak pada kemampuan berbahasa (Jujun S. Suriasumantri dalam bakhtiar, 2010, 175).           
 Bahasa pertama-tama dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi. Dalam hal ini kita mempergunakan bunyi sebagai alat untuk berkomunikasi. Berkomunikasi tidak selalu menggunakan kata-kata tetapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan alat-alat lain, seperti contoh menggunakan bahasa isyarat. Kedua, bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata melambangkan suatu obyek tertentu umpamanya saja bunga atau seekor unta. Perkataan bunga dan seekor unta merupakan lambang yang diberikan kepada dua obyek tersebut. Sehingga dengan lambang-lambang yang sudah diberikan manusia dapat berkomunikasi dengan mudah.
Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.

Arti penting kemampuan berbahasa untuk tujuan ilmiah dinyatakan Suriasumantri (1999) seperti berikut: “Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik akan sukar bagi seorang ilmuan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa selaku alat komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi juga argumentasi, di mana kejelasan kosakata dan logika tata bahasa merupakan persyaratan utama.” Suriasumantri selanjutnya mengemukakan bahwa bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan perasaan, sikap, dan pikiran. Aspek pikiran dan penalaran merupakan aspek yang membedakan bahasa manusia dan makluklainnya.

Pengertian Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama.  Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang.

Fungsi Bahasa
Para ahli filsafat bahasa dan psikolinguitik melihat fungsi bahasa  sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sisiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Walaupun terdapat perbedaan tetapi pendapat ini saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah :

Kneller ( dalam Jujun, 1990, 175 )mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu :
1.      Simbolik
2.      Emotif
3.      Afektif  
            Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah sedangkan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik. Komunikasi dengan mempergunakan bahasa akan mengandung unsur simbolik dan emotif. Artinya, kalau kita berbicara maka pada hakikatnya informasi yang kita sampaikan mengandung unsur-unsur emotif, demikian juga kalau kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur-unsur informatif. Kadang-kadang dapat dipisahkan dengan jelas seperti “ musik dapat dianggap sebagai bentuk bahasa, dimana emosi terbebas dari informasi, sedangkan buku telepon memberikan kita informasi sama sekali tanpa emosi “. Dalam komunikasi ilmiah proses komunikasi itu harus terbebas dari unsur emotif, agar pesan itu reproduktif, artinya identik dengan pesan yang dikirimkan (Jujun S. Suriasumantri, 1990, 175). 
 
Bahasa Ilmiah
Berpikir sebagai proses bekerjanya akal dalam menelaah sesuatu merupakan ciri hakiki dari manusia, dan hasil bekerjanya akal ini tidak dapat diketahui oleh orang lain jika dinyatakan dalam bentuk bahasa. Bahasa ialah merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia.  Bahasa pada dasarnya terdiri dari kata-kata atau istilah dan sisntaksi.  Kata atau istilah merupakan simbol dari arti sesuatu, dapat juga berupa benda-benda, kejadian-kejadian, proses-proses atau juga hubungan-hubungan, sedangkan sintaksis  ialah cara untuk menyusun kata-kata atau istilah di dalam kalimat untuk menyatakan arti yang bermakna.  Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang penggolongan bahasa dan bagaimana cara menjelaskan istilah-istilah dalam bahasa ilmiah.

Penggolongan Bahasa
Dalam penelaahan bahasa pada umumnya di bedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa Alami adalah bahasa sehari-hari yang biasa di gunakan untuk menyatakan sesuatu yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya.  Bahasa alami di bedakan atas dua macam yakni, bahasa isyarat dan bahasa biasa
1.1.   Bahasa isyarat, bahasa yang dapat di mengerti secara umum dan dapat pula berlaku khusus, misalnya :  menggelengkan kepala tanda tidak setuju, mengangguk tanda setuju, hal ini tanpa ada persetujuan  dapat di mengerti umum.  Sedangkan yang khusus adalah untuk kelompok tertentu dengan isyarat tertentu  pula
1.2.   Bahasa Biasa yaitu bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari.  simbol sebagai pengandung arti dalam bahasa biasa disebut “ kata” sedang arti yang di kandungnya disebut “ makna” dalam bahasa biasa pemakaian kata dibedakan antara dua hal yaitu :
a.          Kata tertentu “ mengartikan” sesuatu hal sebenarnya, misal kata “puncak” dalam kalimat : puncak gunung merapi tertutup lahar
b.         Dengan pemakaian (pengetrapan) kata tertentu memaksudkan sesuatu lain, atau disebut “ arti kiasan” misal kata “ puncak” dalam kalimat : Suharto adalah puncak kewibawaan orde-baru dalam negara Indonesia.
Bahasa Buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu.  Kata dalam bahasa buatan disebut “istilah” sedang arti yang di kandung istilah itu di sebut “ konsep”.  Bahasa buatan dibedakan atas dua macam, yakni : bahasa istilahi dan bahasa artifisial.
2.1.   Bahasa istilahi, rumusannya diambilkan dari bahasa biasa yang diberi arti tertentu, misal : demokrasi  ( demos dan kratein ). Medan , daya, massa ( dalam ilmu fisika).  Dalam bahasa ini ada kekaburan, oleh karena itu defisi diperlukan untuk menjelaskan arti yang di maksudkan
2.2.   Bahasa artifisial adalah murni bahasa buatan, atau sering juga disebut bahasa simbolik, bahasa berupa simbol-simbol sebagaimana yang digunakan dalam logika dan matematika
Dari uraian di atas, bahasa buatan inilah yang di maksudkan bahasa ilmiah, dengan demikian bahasa ilmiah dapat di rumuskan: bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah atau lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu.  Pada dasarnya merupakan kalimat atau suatu pernyataan yang dapat di nilai benar atau salah, baik menggunakan bahasa biasa sebagai bahasa pengantar untuk mengkomunikasikan karya ilmiah, maupun menggunakan istilah serta simbol secara abstrak. 

B.       MATEMATIKA

Matematika Sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat  “Artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Bila kita mempelajari kecepatan jalan kaki seseorang anak maka obyek “kecepatan jalan kaki seorang anak” dapat diberi lambang dengan x. dalam hal ini x hanya mempunyai satu arti yaitu kecepatan jalan kaki seorang anak. Bila dihubungkan dengan dengan obyek lain umpanya “jarak yang ditempuh seoang anak” (y). maka dapat dibuat lambang hubungan tersebut sebagai z = y/x, di mana z melambangkan waktu berjalan kaki seorang anak. Pernyataan z = y/x kiranya jelas : Tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan x, y dan z, artinya matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informative dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.

Sifat Kuantitatif Matematika
Kelebihan Matematika dibandingkan dengan bahasa verbal adalah sifat kuantitatif matematika. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dengan bahasa verbal bila membandingkan 2 benda yang berbeda misal tikus dengan kucing. Dengan bahasa verbal kita dapat menyampaikan bahwa kucing lebih besar dari tikus. Kalau kita ingin mengetahui lebih jauh mengenai ukuran kucing dan tikus tersebut, maka kita akan menemukan kesulitan. Dan jika kita ingin menyampaikan secara eksakta berapa besar perbandingan kedua objek tersebut, maka bahasa verbal tidak dapat menyampaikannya. Dan untuk menjelaskan semua itu secara eksakta, maka memerlukan basaha matematika yang bersifat kuantitatif. Kesimpulannya, bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Sedangkan sifat kuantitatif dari matematika merupakan daya prediktif dan control dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara tepat dan cermat.


Matematika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif
        Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat didalam ilmu-ilmu empirik, melainkan didasarkan atas deduksi (penjabaran). Secara deduktif, matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis tertentu, walaupun pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya bukanlah konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah yang kita telah temukan sebelumnya. Dari beberapa premis yang kita telah ketahui, kebenarannya dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang memperkaya perbendaharaan ilmiah kita.
Matematika lebih mementingkan logisnya.  Pertanyaan-pertanyaan mempunyai sifat yang jelas.  Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah di tentukan.  Misalnya : Jika di ketahui A termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan C, maka A tidak ada hubungan dengan C
Kebenaran kesimpulan di atas ini ditentukan bagaimana hubungan dua pernyataan sebelumnya.  Pola penalaran ini tampaknya akan lebih jelas lagi jika di nyatakan dengan bahasa simbolik sebagai berikut ; (A с B) ∩   (B ø C)        (A ø B).  Dengan contoh ini matematika bukan saja menyampaikan informasi secara jelas namun juga singkat. Cara berpikir yang di lakukan diatas adalah deduksi.  Dalam semua pikiran deduktif, maka kesimpulan di tarik merupakan konsekuensi logis dari kata-kata yang mendasarinya.  Kesimpulan yang di tarik tak usah di ragukan kembali.
Emanuek kant (1724-1804) misalnya berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan sintetik apriori dimana eksistensi matematika tergantung pada dunia pengalaman kita. Selain itu, matematika juga dapat digunakan untuk kegiatan praktis sehari-hari misalnya untuk mengukur luas sebuah rumah diperlukan pengukuran dan perhitungan secara matematik.

Peranan Matematika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Misalnya banyak persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur. Menghitung mengarah pada aritmetika (studi tentang bilangan) dan mengukur mengarah pada geometri (studi tentang bangun, ukuran dan posisi benda). Aritmetika dan geometri merupakan fondasi atau dasar dari matematika.
Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan informasi dengan bahasa matematika, misalnya menyajikan persoalan atau masalah ke dalam model matematika yang dapat berupa diagram, persamaan matematika, grafik, ataupun tabel. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam bidang lainnya. Peranan matematika tersebut, terutama sebagai sarana berpikir ilmiah oleh Erman Suherman disebutkan dapat diperolehnya kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
a.       Menggunakan algoritma : yang termasuk kedalam kemampuan ini antara lain adalah melakukan operasi hitung, operasi himpunan, dan operasi lainya. Juga menghitung ukuran tendensi sentral dari data yang banyak dengan cara manual.
b.       Melakukan manipulasi secara matematika : yang termasuk kedalam kemampuan ini antara lain adalah menggunakan sifat-sifat atau rumus-rumus atau prinsip-prinsip atau teorema-teorema kedalam pernyataan matematika .
c.       Mengorganisasikan data : kemampuan ini antara lain meliputi : mengorganisasikan data atau informasi, misalnya membedakan atau menyebutkan apa yang diketahui dari suatu soal atau masalah dari apa yang ditanyakan.
d.       Memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya ; kemampuan ini antara lain meliputi : menggunakan simbol, tabel, grafik untuk menunjukan suatu perubahan atau kecenderungan dan membuatnya.
e.       Mengenal dan menemukan pola : kemampuan ini antara lain meliputi : mengenal pola susunan bilangan dan pola bangun geometri.
f.        Menarik kesimpulan ; kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan menarik kesimpulan dari suatu hasil hitungan atau pembuktian suatu rumus.
g.       Membuat kalimat atau model matematika; kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan secara sederhana dari fonemena dalam kehidupan sehari-hari kedalam model matematika atau sebaliknya dengan model ini diharapkan akan mempermudah penyelesaianya.
h.       Membuat interpretasi bangun geometri ; kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan menyatakan bagian-bagian dari bangun geometri dasar maupun ruang dan memahami posisi dari bagian-bagian itu.
i.         Memahami pengukuran dan satuanya; kemampuan ini antara lain meliputi ; kemampuan memilih satuan ukuran yang tepat, melakukan estimasi, mengubah satuan ukuran ke satuan lainnya.
j.         Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer.
Sementara itu dalam tujuan umum pendidikan matematika (Depdiknas, 2002: 3) menyebutkan berbagai peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah ditekankan pada kemampuan untuk memiliki:
1.       Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.
2.       Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi
3.       Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialih gunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.

C.        STATISTIKA
Pengertian Statistik
            Secara etimologi kata “ statistik” berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state ( bahasa inggris) yang dalam bahasa indonesia di terjemahkan dengan negara.  Pada mulanya kata statistik  diartikan sebagai kumpulan  bahan keterangan ( data) baik yang berwujud angka ( data kuantitaif)  maupun yang tidak berwujud angka ( data kualitatif) yang mempunyai arti penting dan kegunaanya yang besar bagi suatu negara.  Namun pada berkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya di batasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka ( data kuantitatif).  Di tinjau dari segi terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai macam pengertian sebagai berikut :
1.        Istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistik, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan
2.       Sebagai bahan statistik atau kegiatan perstatistika atau kegiatan penstatistikan
3.       Metode statistik yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan menganalisis dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.
4.       Ilmu statistik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik. 

Adapun metode dan prodesur yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam rangka :
1. Pengumpulan data angka
2. Penyusunan atau pengaturan data angka
3. Penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka
4. Penganalisaan terhadap data angka
5. Penarikan kesimpulan (conclusion)
6. Pembuatan perkiraan (estimation)
7. Penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah
                 Dalam kamus ilmiah populer, kata statistick berarti table, grafik, data informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis dan klarifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.

Statistik Dan Cara Berfikir Induktif
     Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua penyataan ilmiah adalah bersifat faktual, di mana konsekuensinya dapat diuji dengan baik dengan jalan mempergunakan panca indera, maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu panca indera tersebut. Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Pengujian merupakan suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesa yang diajukan. Sekiranya hipotesa itu didukung oleh fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis tersebut diterima atau disahkan kebenarannya. Sebaliknya jika hipotesis tersebut bertentangan dengan kenyataan maka hipotesa itu ditolak.
 Pengujian mengharuskan untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Umpamanya  jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di sebuah tempat, maka nilai tinggi rata-rata anak yang dimaksud itu merupakan suatu kesimpulan umum yang ditarik dalam kasus-kasus anak umum 10 tahun di tempat itu. Jadi dalam hal ini kita menarik kesimpulan berdasarkan logika induktif. Di pihak lain maka penyusunan hipotesis merupakan penarikan kesimpulan yang bersifat khas dari pernyataan yang bersifat umum dengan mempergunakan deduksi.
    Penarikan kesimpulan tidak sama dan tidak boleh dicampur adukan, Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sarana penalaran penarikan kesimpulan, sedangkan logika induktif berpaling kepada statistik. Statistik merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.

Peranan Statistika
Statiska bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Metode keilmuan, sejauh apa yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang dilakukan seseorang dalam mempergunakan pikiran-pikiran tanpa ada sesuatu pun yang membatasinya. Penguasaan statistika mutlak diperlukan untuk dapat berpikir ilmiah dengan sah sering kali dilupakan orang.
          Bicara statistik dan pembangunan sangat relevan. Melalui angka statistik kita bisa lihat keberhasilan pembangunan. Oleh karena itu, sangatlah pantas bila kita mau menghargai kinerja para statistikawan. Para Mantri statistik di pedesaan tiada terik dan tiada hujan terus bekerja mengumpulkan data guna dipersembahkan pada para pengguna.
Di bidang pembangunan ekonomi dan kemasyarakatan angka statistik punya andil dalam menciptakan keberhasilan berbagai program pembangunan, seperti halnya dalam program pengentasan kemiskinan dan program peningkatan kesempatan kerja. Sebagaimana diketahui data statistik yang akurat akan menghasilkan perencanaan pembangunan ekonomi dan kemasyarakatan yang kuat.
          Di bidang pembangunan politik seperti dalam pilpres, dan pilkada; data penduduk yang reliable dan valid turut menentukan kehormatan dan keberhasilan perhelatan tersebut. Betapa tidak terhormatnya, masa iya orang yang sudah meninggal dunia masih terdata sebagai pemilih.
          Di bidang pembangunan ilmu, kedudukan statistik sangat jelas sebagai salah satu komponen dari sarana berpikir ilmiah di samping logika, bahasa, dan matematika. Bila matematika selalu menuntun kita dalam proses berpikir deduktif, maka statistika senantiasa membimbing kita dalam proses induktif. Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari berpikir 
ilmiah yang dapat di lakukan dengan baik.

D.     Logika
Pengertian Logika
Secara etimologis, kata logika dalam bahasa Indonesia dipungut dari bahasa Belanda yang mulanya berasal dari bahasa Yunani dengan kata sifat logike yang berkaitan dengan kata logos dengan makna kata atau pikiran. Kata ataupikran yang dimaksud di sini adalah yang benar atau yang sehat. Pikiran yang benar atau sehat itu dimanifestasikan dalam bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa logika atau mantiq adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari pikiran sehingga orang yang mempelajarinya itu dapat berpikir dan berbahasa secara benar.Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah.
                                 
Aturan Cara Berpikir Yang Benar
Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Untuk berpikir baik , benar,logis dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu :
a.       Mencintai kebenaran
Sikap ini sangat pundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senatiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari,mengusut, meningkatkan mutu berpikir dan penalarannya. Menggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai ruh – ruh yang akan menyelewengkannya dari yang benar. Minsalnya menyederhanakan kenyataan,menyempitkan cakrawala/ perspektif, berpikir terkotak-kotak,memutlakkan titik berdiri atau suatu profil dan sebagainya.
b.       Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda kerjakan
Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intlek kita adalah suatu usaha terus menerus mengerjakan kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi bersifat parsial.
c.       Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda katakan
Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata.kecermatan pikiran terungkap kedalam kecermatan kata-kata,karenanya kecermatan ungkapan pikiran kedalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi.
d.       Buatlah distingsi (pembeda) dan pembagian(klasifikasi) yang semestinya Jika ada dua hal yang tidak memiliki bentuk yang sama , hal itu jelas berbeda .tetapi banyak kejadian di mana dua hal atau lebih menpunyai bentuk sama,namun tidak identik. Disinilah perlunya membuat distingsi, suatu berbedaan.
e.       Cintailah difinisi yang tepat
Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang di ungkapkan atau yang dimaksud. Karenanya jangan segan membuat definisi. Difinisi harus diburu hingga tertangkap .Definisi adalah pembatasan yakni membuat jelas batas-batas sesuatu.
f.        Ketahuilah dengan sadar mengapa anda menyimpulkan begini atau begitu Ketahuilah mengapa anda berkata begini atau begitu. Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi – asumsi.imflikasi-imflikasi,dan dan konsekkuensi-konsekuensi dari suatu penuturan. Pernyatan atau kesimpulan yang dibuat.
g.       Hindarilah kesalahan kesalahan dengan segala usaha dan tenaga,serta sangguplah mengenali jenis,macam dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran(penalaran).

Menurut irving yang dimaksud dengan logika ialah suatu studi sistematis mengenai metode dan dasar-dasar yang digunakan untuk memberi perbedaan antara pendapat yang benar dengan pendapat yang keliru. Logisian melakukan penelitian mengenai hubungan nyata yang terjadi antara premis dan konklus di dalam suatu argumentasi jalan dengan premis atau tercantum di dalam premis maka pendapat adalah benar. Bila suatu premis dianggap benar, tidak meragukan dan bersifat demonstratip sebagai dasar konklusi yang benar, pendapat demikian disebut logika deduktif. Logika deduktif erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Menurut popkrin dan stroll, logika deduktif adalah hubungan dengan usaha untuk menetapkan suatu pendapat yang tidak diragukan..minsalnya: pada dasarnya semua manusia akan mati, maka kita sebagai manusiapun akan mati juga dan kebalikan dari deduktif adalah logika induktif. Logika induktif adalah suatu kesimpulan yang diambil dari hal-hal yang khusus dan diarahkan pada masalah yang umum, minsalnya ; saya pasti akan mati sebab semua manusia harus mati. Dalam hubungan itu popkrin dan stroll menjelaskan dengan menggunakan contoh sebagai berikut.
1. Semua orang amerika adalah manusia
2. Semua manusia harus mati
Metode yang digunakan pada contoh diatas disebut pendapat deduktif, mungkin ada yang meragukan kebenarannya itu ”semua manusia harus mati” maka untuk membenarkan kalimat “semua orang amerika harus mati, untuk menentukan kebenarannya harus menggunakan jalan lain yaitu .
1. semua orang amerika yang lahir pada tahun 1830 telah mati
2. Orang-orang amerika akan mati.
Kebenaran kalimat (1) dan (2) merupakan suatu kemungkinan, bahwa kalimat tersebut benar atau keliru, penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah pada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental. Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya penalaran induktif . penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berfikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan, minsalnya :
1. semua mahluk mempunyai mata ( premis 1 )
2. si pulan adalah seorang mahluk ( premis 2 )
3. jadi si pulan mempunyai mata ( premis 3 )
Kesimpulan yang diambil bahwa si pulan mempunyai mata adalah sah, sebab kesimpulan ditarik secara logis dari kedua premis yang mendukung, ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari 3 hal yaitu, kebenaran premis mayor, dan premis minor serta keabsahan pengambilan kesimpulan. Sekiranya salah satu unsur tersebut persyaratan tidak memenuhi maka kesimpulan yang ditarik akan salah maka logika induktif tidak ada.
            Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan pernyataan yang mempunyai ruang yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya kita mempunyai pakta bahwa kambing, gajah mempunyai mata, demikian jiga dengan singa,kucing dan binatang lainya.dari pernyataan –pernyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang sifatnya umum yaitu semua binatang mempunyai mata.

Peran Logika.
a.       Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipergunakan dalam semua lapangan ilmu pengetahuan.
b.       Pelajaran logika menambah daya pikir abstrak dan ddengan demikian melatih dan mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual.
c.       Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan otoriti.

KESIMPULAN
Sarana berfikir ilmiah adalah alat untuk membantu proses metode ilmiah untuk mendapatkan ilmu dan teori yang lain. Hal yang perlu diperhatikan bahwa sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapat berdasarkan metode ilmiah, sehingga diharapkan untuk dapat memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.  sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika statitika dan logika
1.       Bahasa dapat dikatakan sebagai rangkaian bunyi dan juga dapat dikatakan sebagai simbol/lambang dari sesuatu hal / benda.
2.       Matematika, yaitu bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artificial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.
3.       Statistika, yaitu sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.
4.       Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar.  Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan


 
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, 2004, Filsafat Ilmu, Jakarta ; PT Rajagrafindo Persada
S. Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Filsafat Populer, Pustaka Sinar
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2130968-sarana-ilmiah/#ixzz1XMhzWc32
http://arsyilia09.wordpress.com/2010/04/08/peran-matematika/                               
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 1996, Filsafat Ilmu,Yogyakarta : Liberty       Yogyakarta
www,sanaky.com April 2006. Logika dan statistika  sebagai Sarana berpikir ilmiah

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates