Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 28 November 2011

MOZAIK HIDUP

Ku bukan penulis ulung atau seorang pujangga, ku tulis sedikit kisahku sebab ku tahu sejarah hidup tak pernah berdusta.

Disinilah permulaan pengabdianku menjadi seorang guru, tak mungkin di hindari, inilah takdir, di garis ini terucap kesyukuran, selalu ada kejutan dalam hidup, tetap harus di nikmati. 
Hidup sulit di terka seperti apa kesudahannya, tidak semua keinginan sesuai harapan.  Inilah kehendak Sang Khalik, sebuah rencana maha detail skenario terbaik. Kami adalah seorang guru yang mengajari huruf dan angka, yang menuntun mengeja, yang melatih berhitung, membantu menulis, belajar pekerti, mengasah hati dan menyelami dengan nurani.  Kami tetap di sini, mengajar di sekolah, mengukir akhlak anak negeri agar tak roboh.  Kami hadir di tengah mereka, bersama anak-anak yang membangun cita, menggali ilmu dan mencari kebajikan, yang menghampiri, mengisyaratkan tuk mencium tangan dan berkata ” IBU” ” BAPAK”.

Dinamika kehidupan kami selalu berdenyut, hamparan gradasi unik, serasi angin, hutan, binatang, air dan langit bersatu. Namun kadang kehidupan menakutkan, seperti riak ombak yang berubah jadi gelombang, rinai hujan yang berubah gemuruh, membangunkan tidur kami yang lelap, harap-harap cemas dengan gemeretak besi-besi yang menjulang ( tetanggaan dengan tower), selalu berdoa keadaan baik-baik saja.  Kakiku masih belum begitu bersahabat dengan jembatan di sini, ku ambil nafas perlahan agar jantungku tetap berirama, di atas jembatan yang bergoyang dan berderak-derak dengan kayu yang tambal sulam.  Kusiapkan permen karet, yang selalu ku kunyah tuk mengurangi rasa takutku di atas speed boat atau pompong, berharap tetap terjaga keseimbangannya jangan sampai karam dan tenggelam. Kalo aliran sungai, saya masih punya mental tuk menaklukannya, tapi kalo di sini, di bibir muara ini kita berdamai saja.  Perjalanan di bawah matahari, menyeka peluh, dalam hujan dengan dingin yang menusuk tulang, di pertunjukan kunang-kunang yang menyita perhatian, menyamahkan langkah di terangi sang bulan, sudah pula kami jalani...

Terkadang kami juga punya khayalan untuk memiliki speed boat pribadi, listrik 24 jam, lapangan yang luas, lahan parkir, jembatan yang kokoh tuk transportasi yang memudahkan kedatangan dan kepulangan kami, sekolah impian dengan sarana dan fasilitas yang lengkap, jaringan teknologi tingkat tinggi, suasana kerja yang nyaman ( Duh.... enaknya kalo bisa seperti ini).  Sekolah sebagai media pencerahan, pencerdasan manusia dan penyebar nilai kebaikan.  Kami juga ingin mencetak lulusan yang mumpuni, kami bertahan dalam keterbatasan, walaupun sulit jangan buang harapan itu. 

Air bersih adalah permasalahan klasik di sini, persediaan air menipis, hujan semakin jauh, pasang tak juga datang, akhirnya minta bantuan tetangga, bintang tak muncul, sepi, hanya berteman gelap... akhaa.... sengsara membawa sengsara.  Benar adanya air sumber kehidupan apalagi tuk ukuran di perairan ini.  Angin yang kencang bertaut dengan awan yang gelap, udara yang membawa suara menggelegar, pertemuan uap dari air laut menjadi pertanda hujan di ambang pintu, sebuah rancangan yang sempurna, menjadi solusi terbaik dari permasalahan ini.
                                     
Kami adalah guru yang sederhana, hidup dalam aroma kekeluargaan yang kental, saling berbagi, saling memberi, duduk bersama hingga makan bersama.  Urusan masak kami punya menu andalan masing-masing.  Ada yang di juluki miss pergedel, ibu sambal balado, ibu jus tomat hingga bapak nasi goreng ( ha.. ha.., tapi kalo masak jangan kepedasan, pikirke yang bungsu nie), memadukan keakraban, terasa dekat, tertawa lepas dan menghidupkan hati. 

Terasa menyenangkan saat senja datang, sore kian merapat, matahari memanggil mega yang berpencar, air lincah menari mengantar perahu bersandar, burung-burung  bergerak menuju sangkar. Bersama keelokan gelombang pecah berderai, lihatlah hijau yang melambai memagar daratan, mendampingi riak yang melagu, tataplah langit, ribuan bintang berkelip.  Tersenyum dan menyapa.  Belailah kami dalam Rahman dan Rahim-MU.
Mataku berpendar menyongsong setumpuk rindu, membuncah dalam dada,  menghitug detik demi detik, Apa kabar mereka di sana??? Semoga selalu dalam perlindungan-NYA, mereka yang mencukupi kewajiban dan memehuni hidupku dengan limpahan cinta dan kasih sayang, merawat dan menjagaku, selalu menyebut namaku dalam doa dan pinta, dihatiku posisi mereka tak akan tergantikan.... huggghhh, ku tarik nafas panjang, lebih baik tak usah di teruskan daripada pertahananku jebol ( hiks...hiks...)
Hidup bukan hitam bukan putih, tapi penuh warna, pelik tak terduga. Ada suka ada duka berganti, ada asa yang sirna ada mimpi yang jadi nyata, terasa amat melelahkan, perjalanan yang tak mudah di lalui, tak bisa di ingkari, di sinilah wilayah luas untuk berikhtiar. TEGUHKAN YA RABB..

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates