Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 06 Desember 2011

Berbagai konsep teknologi

a.    Teknologi menurut Finn, 1960.

Finn, 1960 sebagaimana dikutip oleh Gentry menyatakan, “selain diartikan sebagai mesin, teknologi bisa mencakup proses, sistem, manajemen, dan mekanisme pantauan; baik manusia itu sendiri atau bukan, serta …… secara luas, cara pandang terhadap masalah berikut lingkupnya, tingkat kesukaran, studi kelayakan, serta cara mengatasi masalah secara teknis dan ekonomis”. Dalam hal yang sama, ia mengutip pula konsep Simon (1983) yang berbunyi, “teknologi sebagai disiplin rasional, dirancang untuk meyakinkan manusia akan keahliannya menghadapai alam fisik atau lingkungan melaluipenerapan hokum atau aturan ilmiah yang telah ditentukan”.

        Konsep teknologi menurut Saettler

Disamping kedua definisi, pemikiran Saettler tidak jauh berbeda. Beliau mengutip asal katanya – techne, bahasa Yunani, dengan makna seni, kerajinan tangan, atau keahlian. Kemudian ia menerangkan bahwa teknologi bagi bangsa Yunani kuno diakui sebagai suatu kegiatan khusus, dan sebagai pengetahuan. Pendapat Saettler ini mengacu pada konsep Mitcham, Ia mencantumkan uraian Aristotle tentang techne sebagai penerapan (ilmu)pengetahuan sistematis agar menghasilkan kegiatan (manusia) yang baik.

c.    Konsep teknologi menurut Heinich, et al.
Pendapat Heinich, Molenda, dan Russell, 1993 memperkuat asumsi sebelumnya. Menurut mereka, “teknologi merupakan penerapan pengetahuan yang ilmiah, dan tertata…… teknologi sebagai suatu proses atau cara berpikir bukan hanya produk seperti komputer, satelit, dan sebagainya”. Ketiga pakar ini membedakan antara teknologi/perangkat lunak atau soft technology dengan teknologi/perangkat keras atau hard technology. Selain itu, mereka menyatakan “teknologi sebagai suatu pengetahuan diterapkan oleh manusia untuk mengatasi masalah dan melaksanakan tugas dengan cara sistematis dan ilmiah”. Dari seluruh definisi tadi hanya definisi dari Finn saja yang menyinggung arti teknologi sebagai penggunaan mesin atau perangkat keras. Para pakar tadi berkesimpulan bahwa :
·         teknologi terkait dengan sifat rasional dan ilmiah
·         teknologi menunjuk suatu keahlian, baik itu seni, atau kerajinan tangan
·         teknologi dapat diterjemahkan sebagai tehnik atau cara pelaksanaan suatu
·         kegiatan, atau sebagai suatu proses
·         teknologi mengacu pada penggunaan mesin-mesin dan perangkat keras.

Rumusan Teknologi Pendidikan dari Percival & Ellington, 1984 (Inggris)
Pada halaman 19 – 20 dari buku tentang “Educational Technology”, mereka mengutip definisi Council for Educational Technology for the UK, yang menjabarkan teknologi pendidikan sebagai pengembangan, penerapan dan evaluasi atas sistem, tehnik, serta alat bantu untuk meningkatkan proses belajar (manusia). Selain definisi ini, mereka juga mencantumkan definisi yang berasal dari National Centre for Programmed Learning, UK. Definisi tersebut berbunyi antara lain “teknologi pendidikan adalah penerapan pengetahuan ilmiah mengenai belajar dan kondisi belajar untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi pengajaran dan pelatihan. Jika tidak ada temuan atau prinsip ilmiah, maka teknologi pendidikan menggunakan tehnik teruji secara empirik untuk meningkatkan proses belajar”. Mereka berpendapat pola terapan teknologi pendidikan terjadi berupa proses berulang dan pendekatan sistem sebagai alur berpikir dalam merancang situasi mengajar / belajar dan memanfaatkan metode atau tehnik apa saja yang dianggap sesuai untuk pencapaian tujuan belajar. Pendekatan sistem diharapkan agar dapat diselaraskan dengan rancangan materi dan luwes terhadap perkembangan terbaru proses belajar serta kemajuan di bidang pendekatan mengajar / belajar berikut metodenya. Pendekatan sistem adalah pola piker dalam memandang suatu masalah instruksional dan belajar. Pendekatan sistem memandang setiap masalah terkait dengan berbagai faktor dan perlu dikaji secara mendalam bagaimana dampaknya terhadap proses belajar dan kegiatan instruksional itu sendiri.

Definisi Teknologi Pendidikan / Instruksional menurut Association for Educational Communications and Technology atau AECT (Amerika Serikat)   
Organisasi profesi teknologi pendidikan tertua ini berulang kali merumuskan batasan yang memadai mengenai teknologi pendidikan. Beberapa definisi yang dianggap kokoh dan permanen diantaranya adalah definisi yang diluncurkan oleh Komisi khusus AECT tahun 1977 dan definisi yang diluncurkan oleh Seels & Richey tahun 1994 dan masih disponsori oleh organisasi profesi ini, Berikut rinciannya.

a. Rumusan tahun 1972
“Teknologi pendidikan sebagai bidang garapan yang terlibat dalam penyiapan fasilitas belajar (manusia) melalui penelusuran , pengembangan, organisasi, dan pemanfaatan sistematis seluruh sumber-sumber belajar; dan melalui pengelolaan seluruh proses ini”. Definisi di atas diambil dan disarikan dari rumusan sebelumnya, yaitu tahun 1963, 1970, dan 1971. Sewaktu merumuskan definisi tadi, para pakar menyatakan teknologi pendidikan sebagai bidang garapan. Mereka berusaha mencari peluang keahlian yang dapat dijadikan sebagai ‘pekerjaan’ dan mengembangkan keahlian tersebut berdasarkan pengalaman kerja yang diperoleh.

b. Rumusan tahun 1977
Tahun 1977 AECT membedakan dua rumusan teknologi pendidikan dengan teknologi instruksional. Berikut uraiannya.
 (1). Teknologi Pendidikan
Definisi teknologi pendidikan berbunyi, “….. proses yang rumit dan terpadu, melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis dan mengolah masalah, kemudian menggunakan, mengevaluasi, dan mengelola seluruh upaya pemecahan masalahnya yang termasuk dalam seluruh aspek belajar (manusia)”.

(2). Teknologi Instruksional
Teknologi instruksional ialah “satu bagian dari teknologi pendidikan – dengan asumsi sebagai akibat dari konsep instruksional sebagai bagian pendidikan – bersifat rumit dan terpadu, melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis dan mengolah masalah, kemudian menerapkan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah pada situasi dimana proses belajar terarah dan terpantau”. Rumusah tersebut mengandalkan teknologi pendidikan sebagai suatu proses – kegiatan berkesinambungan, dan merinci kegiatan yang harus dilaksanakan oleh para praktisinya.

c. Rumusan tahun 1994.
Setelah 17 tahun menerapkan konsep yang sama, akhirnya AECT melalui 2 anggotanya meluncurkan definisi terbaru. Rumusan tersebut berbunyi, “teknologi instruksional merupakan teori dan terapan atas rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi atas proses dan sumber-sumber belajar”.

Rumusan menurut Pakar-pakar lain
Di bawah ini adalah penjabaran 4 konsep dasar teknologi pendidikan dan teknologi instruksional dari narasumber yang berlainan.
a. Michael Molenda
Menyela diantara kekosongan selama 17 tahun, Molenda (1989) mencoba merumuskan teknologi instruksional sebagai “seni sekaligus ilmu (pengetahuan) mengenai kegiatan merancang, memproduksi dan melaksanakannya dengan cara ekonomis namun anggun / canggih, pemecahan masalah instruksional – dalam bentuk media cetak atau media pandang-dengar, kuliah, atau keseluruhan sistem instruksional – yang mengatur dan mempersiapkan proses belajar dengan efisien dan efektif. Molenda menekankan perpaduan antara unsur seni sekaligus ilmiah dalam menyelenggarakan proses belajar dengan cara berhemat tetapi tidak mengesampingkan mutu hasil belajar.

b. Robert M Gagne
Bagi Gagne, “teknologi instruksional menyangkut tehnik praktis dari penyampaian instruksional yang melibatkan penggunaan media. Tujuan utama bidang teknologi instruksional adalah meningkatkan dan memperkenalkan penerapan pengetahuan tadi dan memvalidasikan prosedur dalam rancangan dan penyempaian instruksional”. Gagne menginginkan upaya pengolahan materi belajar menjadi prioritas agar interaksi belajar terjadi. Interaksi belajar timbul karena si belajar sedang menyerap materi dan menginterpretasikannya sendiri – menulis kembali satu alinea, atau mengingat rumus – bisa pula terjadi antara si belajar dengan orang lain, misalnya guru, temannya, atau narasumber lain.

c. Gary J Anglin
Anglin, 1995 mengamati struktur dan prosedur kerja seluruh komponen yang teruji dan rapi ternyata lebih penting. Ia mengatakan, “teknologi instruksional adalah penerapan sistemik dan sistematis (diuraikan pada Kegiatan Belajar 2, modul ini) dari strategi-strategi dan tehnik-tehnik yang berasal dari ilmu perilaku serta ilmu lain untuk mengatasi masalah instruksional”. Pernyataannya menegaskan bahwa konsep teknologi instruksional menerapkan atau “meminjam” bidang lain dalam menciptakan
proses belajar kondusif.

d. Tjeerd Plomp & Donald P Ely
Plomp & Ely berbeda lagi. Dengan merujuk pada konsep Finn, mereka mengungkapkan dua aspek pokok dalam teknologi instruksional. Kedua aspek tersebut yakni :
·                  teknologi instruksional mengacu pada proses belajar dan
·                  pengembangan produk merupakan materi belajar yang telah diuji dan direvisi secara sistematis.    

Teknologi pendidikan / instruksional sebagai suatu teknologi telah memenuhi persyaratan, diantaranya :
1.      ilmiah, yaitu teknologi pendidikan telah teruji melalui serangkaian penelitian / pengembangan teori
2.      terbuka, berarti teknologi pendidikan dapat diubah, disesuaikan dengan situasi belajar-mengajar
3.      inovatif, adalah penyesuaian terhadap masukan bidang lain agar tetap berhasil dalam proses belajar
4.      sistemik, yaitu alur berpikir yang menekankan keterhubungan antar komponen serta pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan belajar.
5.      “technology phobia vs technology fever” (fobi teknologi vs demam teknologi) :
seringkali ada orang yang “takut” (terkena aliran listrik) atau ragu-ragu untuk menggunakan teknologi karena kemungkinan teknologi tadi terlihat rumit dan tidak akrab – namun terkadang ada orang yang “sangat” menyukai teknologi sehingga sangat tergantung akan keberadaan teknologi.


Istilah                                       
Teknologi dalam pendidikan : produk teknologi yang dimanfaatkan oleh dunia pendidikan, misalnya video dapat dimanfaatkan bukan hanya untuk hiburan di rumah, tetapi dapat pula dimanfaatkan untuk proses belajar. Berbagai produk teknologi lain yang dimanfaatkan untuk kepentingan belajar termasuk dalam penerapan teknologi pendidikan.
Teknologi untuk pendidikan : teknologi yang sengaja diciptakn untuk pendidikan. Konsep belajar terprogram (programmed learning) memuat langkah belajar teratur dan rinci, termasuk suatu model teknologi yang sengaja diciptakan untuk kemudahan proses belajar.

Teknologi kinerja atau performance technology, pada akhir tahun 1980an mulai dikenal. Istilah teknologi kinerja menyangkut upaya penerapan konsep teknologi instruksional terutama berkaitan dengan proses belajarnya di organisasi. Orientasi teknologi kinerja adalah penciptaan kondisi belajar yang sesuai dengan lingkungan kerja suatu lembaga. Jadi, teknologi kinerja dapat dianggap sebagai suatu subbidang relatif baru dari teknologi instruksional dalam dunia industri dan bisnis. Kondisi dan proses belajar di organisasi perlu ditinjau dalam rangka memenuhi kebutuhan lembaga serta upaya untuk meningkatkan kinerja para pegawainya. Teknologi kinerja merupakan terobosan suatu lembaga terhadap pengembangan sumberdaya manusia bagi peningkatan mutu organisasi.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates