Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 29 Mei 2012


1.1. Pendahuluan
Sejak diberlakukannya Kurikulum 1975, yang waktu itu dikenal dengan sebutan Pembakuan Kurikulum, para guru diwajibkan menggunakan tujuan instruksional khusus (TIK) dalam melaksanakan tugasnya dari mulai perencanaan pengajaran, pelaksanaan proses belajar-mengajar sampai evaluasi pengajaran. Kewajiban itu merupakan implikasi dari penggunaan prinsip objective oriented sebagai salah satu asas pengembangan kurikulum. Penerapan prinsip berorientasi pada tujuan ini nampak pada Kurikulum 1975 dengan dicantumkannya berbagai jenis tujuan yang tersusun secara hierarkhis, dari mulai tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler sampai ke tujuan instruksional umum. Atas dasar tujuan-tujuan itu, guru diwajibkan mengembangkan tujuan instruksional khusus untuk diusahakan pencapaiannya pada proses belajar-mengajar yang diselenggarakannya. Tujuan instruksional khusus itu menjadi tujuan antara untuk mencapai tujuan yang berada di atasnya. Sejak diimplementasikannya Kurikulum 1975 sampai dewasa ini para guru telah terbiasa merumuskan tujuan instruksional khusus yang dewasa ini biasa disebut tujuan pembelajaran khusus (TPK), sebagai bagian penting dari tugas menyusun Program Satuan Pelajaran dan Rencana Pelajaran

Merumuskan tujuan instruksional dengan jelas, umumnya dianggap sebagai salah satu langkah pertama yang sangat penting dalam proses perencanaan kurikulum dan pelajaran yang sistematik. Setiap akan melakukan proses pembelajaran, seorang pengajar akan menyiapkan sebuah desain pembelajaran. Diantara pengajar itu ada yang mempersiapkan seluruh kegiatan pembelajaranya secara khusus jauh sebelum memulainya dan ada pula yang membuat persiapannya untuk setiap kali proses pembelajarannya. Kelompok pengajar yang lain merasa tidak perlu membuat persiapan apapun sebelum memulai proses pembelajaran. Kelompok yang terakhir di atas langsung mengajar karena merasa telah dapat mengjaar dengan baik apabila mengetahui topik yang akan diajarkan untuk setiap kali pertemuan. Setiap pengajar baik yang membuat persiapan maupun tidak, selalu mencari cara untuk melaksanaan kegiatan instruksionalnya dengan sebaik-baiknya. Demikian pula setiap pengelola program pendidikan dan latihan senantiasa mencari jalan meningkatkanp rogramnya melalui cara yang dianggapnya baik.

Tujuan Instruksional Umun (TIU) yang istilah lainnya adalah “goal” atau “terminal objective” ruang lingkupnya luas dan merupakan pernyataan tentang perilaku akhir yang dapat dicapai oleh siswa setelah ia menyelesaikan satu unit pelajaran atau sub pokok bahasan. Jadi luas jangakauannya tergantung pada ruang lingkup kegiatan yang dilakukan. Tujuan Instruksional (TIK) yang istilah lainnya adalah sempit dibanding TIU dan merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku spesifik.dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan pengajar dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya didasarkan pada TIU.
Tujuan Instruksional Khusus merupakan lanjutan dari tahap-tahap pengembangan instraksional yang diawali dari mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis Tujuan Instruksional Umum (TIU), selanjutnya melakukan analisis instruksional dan mengidentifikasi perilaku karakteristik awal siswa lalu setelah itu merumuskan Tujuan Instruksional Khusus. Berdasarkan paparan diatas dapat kita ketahui bahwa Tujuan Instruksional Khusus merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting bagi jalanya proses kegiatan belajar mengajar, maka dalam makalah ini akan dibahas bagaimana perumusan Tujuan Instruksional Khusus.

1.2. Rumusan Masalah
1)      Apakah  Pengertian Tujuan Instruksional khusus?
2)      Apakah Syarat-syarat Tujuan Instruksional khusus?
3)      Apa sajakah Komponen- komponen Rumusan Tujuan Instruksional Khusus?
4)      Berikan Contoh Rumusan Tujuan Instruksional khusus secara lengkap pada mata pelajaran sosiologi SMA?

1.3.  Tujuan
1)      Mengetahui pengertian Tujuan Instruksional Khusus
2)      Menjelaskan Syarat-syarat Tujuan Instruksional khusus
3)      Menjelaskan Komponen- komponen Rumusan Tujuan Instruksional Khusus
4)      Memberikan contoh Rumusan Tujuan Instruksional khusus


1.4. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan  dapat memberi manfaat secara:
1)      Teoritis, memperoleh informasi empiris mengenai perumusan tujuan pembelajaran khusus dalam proses belajar-mengajar;
2)      Praktis, dapat bermanfaat bagi: pendidik dan Mahasiswa dapat membuat Perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran.

1.5. PEMBAHASAN
a. Pengertian Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) merupakan terjemahan dari specific instructional objective. Literatur asing menyebutkannya pula sebagai objective, atau enabling objective, untuk membedakannya dengan general instructional objective, goal, atau terminal objective. Yang berarti tujuan instruksional umum (TIU) atau tujuan instruksional akhir.
Dalam program applied approach (AA) yang telah digunakan di perguruan tinggi seluruh Indonesia TIK disebut sasaran belajar (sasbel) (Suparman, 2004: 158). Sasbel menurut Soekartawi, Suhardjono dkk (1995: 41) adalah pernyataan tujuan instruksional yang sudah sangat rinci. sasaran belajar harus dituliskan dari segi kemampuan peserta didik. Artinya mengungkapkan perubahan apa yang diharapkan terjadi pada diri mahasiswa setelah mengikuti pengajaran pada satu pokok bahasan tertentu.
Dick dan Carey (1985) (dalam Suparman, 2004: 158) telah mengulas bagaimana Robert Mager mempengaruhi dunia pendidikan khususnya di Amerika untuk merumuskan TIK dengan sebuah kalimat yang jelas dan pasti serta dapat diukur. Perumusan tersebut berarti TIK diungkapkan secara tertulis dan diinformasikan kepada siswa atau mahasiswa dan pengajar mempunyai pengertian yang sama tentang apa yang tercantum dalam TIK.
Perumusan TIK harus dilakukan secara pasti artinya pengertian yang tercantum di dalamnya hanya mengandung satu pengertian dan tidak dapat ditafsirkan kepada bentuk lain. Untuk itu TIK harus dirumuskan ke dalam kata kerja yang dapat dilihat oleh mata.(Suparman, 2004: 159). Menurut Soedjarwo (1995: 81) Penulisan sasaran belajar sedikitnya menyatakan tentang: a). Isi materi dan bahasan b). Tingkat penampilan yang diharapkan c). Prasyarat pengungkapan hasil kerja. Tentunya secara ideal diharapkan peserta didik mendapatkan perubahan secara menyeluruh, baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (motorik).

Tujuan instruksional dapat menjadi arah proses pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai mahasiswa pada akhir proses instruksional. Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan tersebut merupakan ukuran keberhasilan sistem instruksional yang digunakan oleh pengajar.
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Tujuan Instruksional Khusus merupakan suatu rumusan yang menjelaskan apa yang ingin dicapai, atau menjelaskan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari apa yang dipelajari oleh siswa.

b. Syarat- syarat Tujuan Instruksional Khusus
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, Tujuan Instruksional Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional Umum. Dalam perumusan Tujuan Instruksional Khusus harus memperhatikan rambu- rambu sebagai berikut.
1)      Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri nilai sosial. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi nilai sosial”. Bukan siswa mampu mendiskusikan ciri- ciri nilai sosial bukan merupakan rumusan tujuan tetapi proses pembelajaran;
2)      Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan Instrusional Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika dalam satu rencana pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut Tujuan Instruksional Khusus  :
a)      Dapat menjelaskan;
b)      dapat memberi contoh dan ;
c)        dapat menggunakan;

3)      Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus sesuai dengan kemampuan siswa;
4)      Banyaknya Tujuan Instruksional Khusus yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia untuk mencapainya.
Dengan mempertimbangkan hal- hal tersebut diharapkan akan dihasilkan rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang dapat menjembatani pencapaian Tujuan Instruksional Khusus. Untuk dapat membuat rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar, berikut ini disajikan komponen- komponen yang harus ada dalam suatu rumusan.


c. Komponen- komponen Rumusan Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan instruksional khusus (TIK) antara lain digunakan untuk menyusun tes oleh karena itu TIK harus mengandung unsur – unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar dapat mengembangkan tes yang benar– benar dapat mengukur perilaku yang berada di dalamnya. Dalam merumuskan TIK dapat dilakukan dengan menggunakan dua format yaitu format Merger dan ABCD format.
1. Format Merger
Merger merekomendasikan syarat– syarat untuk menentukan tujuan perilaku yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
a)    Mengidentifikasi tingkah laku terakhir yang ingin dicapai oleh pembelajar;
b)     Menentukan dalam kondisi bagaimana tingkah laku tersebut dapat dicapai;
c)    Membuat kriteria spesifik bagaimana tingkah laku tersebut dapat diterima.

Uraian di atas menunjukan bahwa Merger mengemukakan tujuan tersebut dirumuskan dengan menentukan bagaimana pembelajar harus melakukannya, bagaimana kondisinya, serta bagaimana mereka akan melakukannya. Dalam penjabaran TIK ini Merger melibatkan tiga aspek yaitu begaimana kondisi pencapaian tujuan, kriteria yang ingin dicapai, serta bagaimana tingkah laku pencapaiannya.
Merger mendiskripsikan audiense hanya sebagai murid atau pembelajar, dengan menggunakan sebuah format ”kamu akan bisa untuk”. Para desain pembelajaran yang menggunakan format Marger ini biasanya menggunakan ”SWABAT” yang berarti ”the student will be able to”.

2. Format ABCD
Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). Berikut ini penjelasan tentang komponen perumusan TIK. pada prinsipnya format ini sama dengan yang dikemukakan oleh Marger, namun pada bagian ini menambahkan dengan mengidentifikasi audiense, atau subjek pembelajar. Unsur– unsur tersebut dikenal dengan ABCD yang berasal dari empat kata sebagai berikut :
A = Audience     B = Behaviour   C = Condition    D = Degree



a. Audience
Audience merupakan siswa atau mahasiswa yang akan belajar, dalam hal ini pada TIK perlu dijelaskan siapa mahasiswa atau siswa yang akan belajar. Keterangan tentang siswa yang akan belajar tersebut harus dijelaskan secara spesifik mungkin, agar seseorang yang berada di luar populasi yang ingin mengikuti pelajaran tersebut dapat menempatkan diri seperti siswa atau mahasiswa yang menjadi sasaran dalam sistim instruksional tersebut. Contohnya: siswa kelas 1, siswa kelas 6  dan mahasiswa jurusan teknologi pendidikan  sebagainya.

b. Behavior
Merupakan perilaku atau kemampuan yang diharapkan, dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata kerja operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, menyusun, membuat, merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya.

c. Condition
Yaitu keadaan yang dipersyaratkan ketika siswa diminta menunjukkan atau mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan yang diharapkan. Contohnya: “diberikan  sejumlah data, siswa dapat….”(ini berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan tersebut kita harus menyediakan data)  atau  “dengan menggunakan rumus ABC, siswa dapat….” (ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila siswa melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus ABC berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut).

d. Degree
Yaitu tingkat ukuran yang dicapai untuk menentukan keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap tingkah laku khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap diterima. Contohnya: “siswa dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang demokratis” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu menjelaskan dua atau tiga karakteristik ersebut) atau  “siswa dapat menjelaskan dua alas an penting transmigrasi” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila siswa hanya mampu menjelaskan satu alasan saja). Untuk lebih jelasnya, mari kita analisis Tujuan Instruksional Khusus berikut ini.

Siswa dapat menunjukkan 3 gambar kelompok sosial dengan menggunakan media koran
Apabila kita uraikan rumusan tersebut ke dalam komponen- komponen ABCD, maka:

Siswa : merupakan komponen Audiens (A)
menunjukkan 3 gambar kelompok sosial: merupakan komponen Behavior (B)
Dengan menggunakan koran : merupakan komponen Condition (C)
3 : merupakan komponen Degree (D)                                                                  
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa siswa dikatakan telah mencapai tujuan apabila siswa tersebut:
1)      Telah mampu menunjukkan 3 gambar kelompok sosial; apabila siswa hanya mampu menunjukkan dua bagian saja, maka siswa tersebut belum dapat dianggap telah menguasai tujuan tersebut;
2)      Menggunakan koran, ini berati bahwa, pada saat kita menuntut siswa untuk mendemonstrasikan kemampuan menunjukkan 3 gambar kelompok sosial, kita harus menyediakan koran.

Contoh lainnya:
Siswa dapat menceritakan pengalamanya berinteraksi dengan teknik ceramah
Kalau kita uraikan ke dalam komponen- komponen ABCD, maka:
Siswa : merupakan komponen Audiens (A)
menceritakan pengalamanya berinteraksi: merupakan komponen Behavior (B)
dengan teknik ceramah : merupakan komponen Condition (C)
Dari contoh tersebut tampak bahwa rumusan Tujuan Instruksional Khusus tersebut tidak mengandung komponen tingkat ukuran pencapaian (Degree/ D). Apakah rumusan tersebut dianggap salah? Tentu saja, tidak!
Memang secara ideal, rumusan Tujuan Instruksional Khusus hendaknya mengandung keempat komponen tersebut. Namun demikian, tidak setiap Tujuan Instruksional Khusus harus memenuhi empat komponen diatas. Adakalanya Tujuan Instruksional Khusus hanya terdiri dari komponen A dan B, seperti contoh berikut.
Siswa dapat menyebutkan macam-macam norma
Kalau kita uraikan ke dalam komponen- komponen ABCD, maka:
Siswa : merupakan komponen Audiens (A)                                 
Menyebutkan macam-macam norma : merupakan komponen Behavior (B) 
4. Contoh Perumusan TIK            
Berikut disajikan contoh merumuskan suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar (Heriawan:2005).
Mata Pelajaran                 : Sosiologi
Kelas/semester                                : XI/II
Standar Kompetensi      : Menganalisis kelompok sosial dalam masyarakat multikultural .
Kompetensi dasar           : Menganalisis  keanekaragaman kelompok sosial   dalam              masyarakat  multikultural.
Materi Pokok                     : Kelompok sosial
Perilaku Umum       :
1)      Mengidentifikasi kelompok sosial yang terdapat dalam masyarakat;
2)      Mengklasifikasikan kelompok-kelompok sosial yang terdapat dalam masyarakat;
3)      Mendeskripsikan  dimensi hubungan antarkelompok sosial;
4)       Mendeskripsikan dinamika kelompok sosial di Indonesia.
Kemudian dari perilaku umum di jabarkan menjadi perilaku-perilaku khusus yaitu:

Tabel 1. Perilaku Siswa Mata Pelajaran Sosiologi SMA
Perilaku Umum
Perilaku Khusus

1.      Mengidentifikasi kelompok sosial yang terdapat dalam  masyarakat.


1)      Menyebutkan pengertian kelompok sosial dari beberapa tokoh
2)      Menyebutkan syarat-syarat kelompok sosial
3)      Menyebutkan ciri-ciri kelompok sosial
4)      Menyebutkan dasar pembentukan kelompok sosial

2.      Mengklasifikasikan kelompok-kelompok sosial yang terdapat dalam masyarakat.

5)      Menyebutkan kelompok sosial berdasarkan besar kecilnya anggota beserta contohnya
6)      Menyebutkan kelompok sosial berdasarkan derajat interaksi sosial beserta contohnya
7)      Menyebutkan kelompok sosial  menurut kepentingan wilayah beserta contohnya
8)      Menyebutkan kelompok sosial berdasarkan berlangsungnya suatu kepentingan beserta contohnya
9)      Menyebutkan kelompok sosial berdasarkan derajat organisasi beserta contohnya
10)  Menyebutkan kelompok sosial yang tidak teratur beserta contohnya
11)  Menyebutkan kelompok sosial yang kecil beserta contohnya


3.      Mendeskripsikan  dimensi hubungan antar kelompok sosial;


12)  menjelaskan bentuk-bentuk hubungan social
13)  menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasarkan dimensi antar kelompok
14)  menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok mayoritas dan minoritas.
15)  Menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasarkan ras, rasisme, dan rasialisme.
16)  Menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasar kan kelompok etnik.

4.       Mendeskripsikan dinamika kelompok sosial di Indonesia.

17)  Menyebutkan pengertian dinamika kelompok sosial dari beberapa ahli
18)  Menjelaskan Faktor pendorong dinamika kelompok social
19)  Menjelaskan proses perkembangan berbagai kelompok sosial

Setelah perilaku khusus didapat, yang selanjutnya adalah mengidentifikasi karakteristik siswa. Dalam hal ini dengan menggunakan kuesioner ( terlampir), Sehingga didapat bahwa perilaku khusus yang layak menjadi Tujuan Instruksional Khusus adalah:
1)      Menyebutkan pengertian kelompok sosial dari 3 tokoh;
2)      Menyebutkan  4 syarat kelompok sosial;
3)      Menyebutkan 4 ciri-ciri kelompok sosial;
4)      Menyebutkan 2 dasar pembentukan kelompok sosial;
5)      Menyebutkan 2 kelompok sosial berdasarkan besar kecilnya anggota beserta contohnya;
6)      Menyebutkan 2 kelompok sosial berdasarkan derajat interaksi sosial beserta contohnya;
7)      Menyebutkan 2 kelompok sosial  menurut kepentingan wilayah beserta contohnya;
8)      Menyebutkan 2 kelompok sosial berdasarkan berlangsungnya suatu kepentingan beserta contohnya;
9)      Menyebutkan 2 kelompok sosial berdasarkan derajat organisasi beserta contohnya;
10)  Menyebutkan 2 kelompok sosial yang tidak teratur beserta contohnya;
11)  Menyebutkan 2 kelompok sosial yang kecil beserta contohnya;
12)  menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasarkan dimensi antar kelompok dengan tepat;
13)  menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok mayoritas dan minoritas dengan tepat;
14)  Menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasarkan ras, rasisme, dan rasialisme dengan tepat;
15)  Menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasar kan kelompok etnik dengan tepat;
16)  Menyebutkan pengertian dinamika kelompok sosial dari beberapa ahl dengan tepat;
17)  Menjelaskan 3 Faktor pendorong dinamika kelompok social;
18)  Menjelaskan proses perkembangan berbagai kelompok social dengan tepat;




1.6.   PENUTUP
Kesimpulan
1.          Tujuan Instruksional Khusus merupakan suatu rumusan yang menjelaskan apa yang ingin dicapai, atau menjelaskan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari apa yang dipelajari oleh siswa.
2.          Dalam perumusan Tujuan Instruksional Khusus harus memperhatikan rambu- rambu sebagai berikut.
a)      Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan proses belajar;
b)      Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran haruslah komprehensif;
c)       Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus sesuai dengan kemampuan siswa;
d)      Banyaknya Tujuan Instruksional Khusus yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia untuk mencapainya.

3.          Dalam merumuskan TIK dapat dilakukan dengan menggunakan dua format yaitu format Mager dan ABCD format.
Saran
Sebaiknya setiap guru harus mempunyai dan membuat tujuan serta sasaran pembelajaran dengan memperhatikan syarat  dan pokok-pokok yang harus dipahami sehingga proses pengajaran dapat terarah ketujuan yang ingin dicapai.




DAFTAR RUJUKAN

Hernawan, Asep. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.





Soedjarwo. 1984. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gelora Pratama.
Soekartawi, Suhardjono, Dkk. 1995. Meningkatkan Rncangan Instruksional (Instructional Design). Jakarta: Raja Grafindo.
Suparman, M Atwi. 2004. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka
















Populasi sasaran adalah Siswa/i kelas X di SMA Negeri 1 Banyuasin II Sungsang
Tabel 2.
No.
Perilaku Khusus
Amat baik
Baik
Cukup
Jelek
Amat Jelek
1
2
3
4
5
6
7
1.
Menyebutkan pengertian kelompok sosial dari beberapa tokoh





2.
Menyebutkan syarat-syarat kelompok sosial





3.
Menyebutkan ciri-ciri kelompok sosial





4.
Menyebutkan dasar pembentukan kelompok sosial





5.
Menyebutkan kelompok sosial berdasarkan besar kecilnya anggota beserta contohnya





6.
Menyebutkan kelompok sosial berdasarkan derajat interaksi sosial beserta contohnya





7.
Menyebutkan kelompok sosial  menurut kepentingan wilayah beserta contohnya





8.
Menyebutkan kelompok sosial berdasarkan berlangsungnya suatu kepentingan beserta contohnya





9.
Menyebutkan kelompok sosial berdasarkan derajat organisasi beserta contohnya





10.
Menyebutkan kelompok sosial yang tidak teratur beserta contohnya





11.
Menyebutkan kelompok sosial yang kecil beserta contohnya





12.
menjelaskan bentuk-bentuk hubungan social





13.
menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasarkan dimensi antar kelompok





14.
menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok mayoritas dan minoritas.





15.
Menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasarkan ras, rasisme, dan rasialisme.





16.
Menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasar kan kelompok etnik.





17.
Menyebutkan pengertian dinamika kelompok sosial dari beberapa ahli





18.
Menjelaskan Faktor pendorong dinamika kelompok social





19.
Menjelaskan proses perkembangan berbagai kelompok sosial







1.      Prilaku khusus siswa dalam skala Likert ( data self report )
Isilah tabel 3 berikut dengan memberikan tanda checklist ( V ) pada kolom yang sesuai
No.
Perilaku Khusus
Sangat
Setuju
Setuju
Netral
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
1
2
3
4
5
6
7
1.
Saya dapat Menyebutkan pengertian kelompok sosial dari beberapa tokoh





2.
Saya dapat Menyebutkan syarat-syarat kelompok sosial





3.
Saya dapat Menyebutkan ciri-ciri kelompok sosial





4.
Saya dapat Menyebutkan dasar pembentukan kelompok sosial





5.
Saya dapat  Menyebutkan kelompok sosial berdasarkan besar kecilnya anggota beserta contohnya





6.
Saya dapat  Menyebutkan kelompok sosial berdasarkan derajat interaksi sosial beserta contohnya





7.
Saya dapat  Menyebutkan kelompok sosial  menurut kepentingan wilayah beserta contohnya





8.
Saya dapat  Menyebutkan kelompok sosial berdasarkan berlangsungnya suatu kepentingan beserta contohnya





9.
Menyebutkan kelompok sosial berdasarkan derajat organisasi beserta contohnya





10.
Saya dapat  Menyebutkan kelompok sosial yang tidak teratur beserta contohnya





11.
Saya dapat  Menyebutkan kelompok sosial yang kecil beserta contohnya





12.
Saya dapat  menjelaskan bentuk-bentuk hubungan social





13.
Saya dapat menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasarkan dimensi antar kelompok





14.
Saya dapat menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok mayoritas dan minoritas.





15
Saya dapat Menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasarkan ras, rasisme, dan rasialisme.





16.
Saya dapat Menjelaskan bentuk hubungan sosial berdasar kan kelompok etnik. 





17.
Saya dapat Menyebutkan pengertian dinamika kelompok sosial dari beberapa ahli





18.
Saya dapat Menjelaskan Faktor pendorong dinamika kelompok social





19.
Saya dapat Menjelaskan proses perkembangan berbagai kelompok sosial








Setelah dilakukan pembagian kuesioner kepada siswa sebanyak 27 orang siswa, data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
 Tabel 4. Rekaptitulasi Kuesioner Siswa








No.
SS
S
N
TS
STS
JKB= 2 + 3
JKA= 5 +6
1
2
3
4
5
6
1
0
5
7
4
12
5
16
2
3
6
5
7
6
9
13
3
3
6
5
7
6
9
13
4
2
2
9
7
7
4
14
5
1
4
6
10
6
5
16
6
0
6
8
7
6
6
13
7
2
2
11
6
6
4
12
8
0
3
11
7
6
3
13
9
0
4
8
8
7
4
15
10
0
3
4
8
12
3
20
11
0
7
7
5
8
7
13
12
2
12
6
1
7
14
8
13
1
12
8
6
10
13
16
14
4
3
7
6
7
7
13
15
3
4
8
3
9
7
12
16
1
2
5
9
10
3
19
17
2
1
6
5
13
3
18
18
0
3
5
7
12
3
19
19
2
4
5
9
7
6
16
Keterangan
JKA  = Jumlah Kelompok Atas
JKB  = Jumlah Kelompok Bawah
SS    = Sangat Setuju
S      = setuju
 N    = netral
TS   = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

Dari tabel di atas, terdapat dua kelompok berdasarkan pemahaman yang mereka miliki yaitu Kelompok yang berada di bawah batas ( Berkemampuan cukup dan di atasnya ) dan Kelompok yang berada di atas batas ( Berkemampuan sedang, kurang dan amat kurang ) dan netral sebagai batas.   Pada kelompok yang berada di bawah batas, siswa/I pada populasi sasaran diduga sudah memiliki kemampuan sebelumnya yaitu pada no.12 kemudian pada kelompok yang berada di atas batas pada populasi sasaran diduga belum memiliki prilaku khusus yaitu pada kuesioner no.1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, 13, 14, 15, 16,17,18 dan 19.   





0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates