Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 11 Januari 2012

Contoh Proposal Tesis

Pengembangan  Model Pembelajaran ICT Berbasis E-Learning Untuk Meningkatkan Kompetensi Dosen  Di Universitas Harapan Indonesia Palembang

A.      LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata.
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara dosen dan mahasiswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. dosen dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan mahasiswa. Demikian pula mahasiswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet.
TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara dosen dengan mahasiswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Dalam situasi seperti ini, dosen sebagai fasilitator pembelajaran dituntut kemampuannya dalam menggunakan teknologi, dengan demikian dengan adanya TIK dapat meningkatkan kompetensi dosen sebagai pendidik.
Pembelajaran dewasa ini menghadapi 2 tantangan. Tantangan yang pertama datang dari adanya perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri sebagai konsekuensi perubahan kurikulum dan tantangan kedua datangnya dari adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan sangat pesat tanpa diimbangi perkembangan sumber daya manusia (SDM). Kontruksivisme pada dasarnya telah menjawab tantangan yang pertama dengan mendefinisi belajar sebagai proses kontruktif dimana informasi diubah menjadi pengetahuan melalui proses interpretasi, korespondensi, representasi, dan elaborasi.
Pemanfaatan teknologi informasi dan kominakasi (TIK/ICT) dalam pembelajaran saat ini terus berkembang. Bahan belajar merupakan elemen penting dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran. Untuk itu, maka kemampuan seorang dosen dalam mengembangkan bahan belajar berbasis  ICT menjadi sangat penting. Bahan ajar yang di rancang adalah bahan yang dengan sengaja disiapkan untuk keperluan belajar. Ditinjau dari sisi fungsi , bahan ajar yang dirancang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yakni bahan prentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri. Sedangkan ditinjau dari media ,bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi bahan ajar cetak, audio, televisi, multimedia, dan E-Learning (website).
Upaya-upaya peningkatan kompetensi dosen dan  prestasi belajar mahasiswa senantiasa terus dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi, pada setiap faktor yang dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Terlebih-lebih dengan adanya pemanfaatan perangkat teknologi informasi dan komunikasi, yang memungkinkan untuk melakukan aktivitas belajar dan mengajar lebih efektif.
Pengembangan pendidikan menuju e-learning merupakan suatu keharusan agar standar mutu pendidikan dapat ditingkatkan, karena e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional (Rosenberg 2001; 28), dengan demikian urgensi teknologi informasi dapat dioptimalkan untuk pendidikan.
Universitas Harapan Indonesia palembang adalah salah satu lembaga pendidikan tinggi yang sedang berupaya menfaatkan tekonologi informasi ini dalam kegiatan belajar mengajarnya. Model pembelajaran e-learing mulai diaplikasikan sejak awal perkuliahan dengan harapan dapat meningkatkan kompetensi dosen yang berdampak pada kualitas belajar mengajar serta dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa, sehingga dilakukan penelitian Pengembangan  Model Pembelajaran ICT Berbasis E-Learning Untuk Meningkatkan Kompetensi Dosen Di Universitas Harapan Indonesia Palembang.

B.      RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimanakah model pengembangan pembelajaran e-learing yang dapat dikembangkan pada Universitas Harapan Indonesia Palembang?
2. Apa saja potensi pendukung yang dapat diupayakan untuk mengembangkan model pembelajaran e-learning di Universitas Harapan Indonesia Palembang?
  1. Bagaimanakah pembelajaran e-learning yang efektif untuk dapat meningkatkan kompetensi dosen di Universitas Harapan Indonesia Palembang?
C.      TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
  1. Untuk mengetahui model pengembangan pembelajaran e-learing yang dapat dikembangkan pada Universitas Harapan Indonesia Palembang.
  2. Untuk mengetahui potensi pendukung yang dapat diupayakan untuk mengembangkan model pembelajaran e-learning di Universitas Harapan Indonesia Palembang.
  3. Diperoleh model pembelajaran e-learning yang efektif untuk dapat meningkatkan kompetensi dosen di Universitas Harapan Indonesia Palembang.
D.      Tinjauan Pustaka
1.       Pengertian Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Menurut Puskur Diknas Indonesia
a. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.
1)   Teknologi Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
2) Teknologi Komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.
b. Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media.
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan juga merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan. Teknologi Komunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi TIK adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Juga dapat berkomunikasi dengan biaya murah seperti fasilitas email yang dapat kita pergunakan dengan mudah di internet.
Perkembangan information and communication technology (ICT) atau yang lebih dikenal dengan teknologi informasi dan teknologi (TIK) yang sangat pesat memberikan dampak yang luar biasa pada kehidupan kita sehari-hari. Hampir semua aspek kehidupan, kini telah dimasuki oleh ICT/TIK dengan taraf yang berbeda-beda, tak terkecuali pada bidang pendidikan.

2.     E-Learning
2.1. Pengertian E-Learning
Pengertian E-Learning sangat beragam yang mungkin satu sama lain berbeda, namun satu hal yang sama tentang E-Learning atau electronic learning adalah pembelajaran melalui jasa bantuan elektronik. Pada dasarnya E-Learning adalah pembelajaran yang merepresentasikan keseluruhan kategori pembelajaran yang berbasis teknologi. Sedangkan pembelajaran online atau juga pembelajaran berbasis website adalah bagian dari E-Learning. Namun seiring perkembangan teknologi dan terjadinya pergeseran conten dan adaptivity, saat ini definisi klasik E-Learning tersebut mengalami perubahan menjadi definisi yang lebih kontemporer, yakni suatu pengelolaan pembelajaran melalui media internet atau website yang meliputi aspek-aspek materi, evaluasi, interaksi, komunikasi dan kerjasama.
Dalam Ensiklopedia Wikipedia dijelaskan bahwa e-Learning adalah pembelajaran yang memerlukan alat bantu elektronika. Bisa berupa technology base learning seperti audio dan video atau web-base learning (dengan bantuan perangkat computer dan internet).
Dalam berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut:
e-Learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).

E-Learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis E-Learning (website), sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet, inilah system E-Learning dengan menggunakan internet disebut juga internet enabled learning. Penyajian E-Learning atau berbasis website ini bisa menjadi lebih interaktif. Informasi-informsai perkuliahan juga bisa real time. Selain itu juga dengan komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap muka, tapi forum diskusi perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real time. System E-Learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu. Kapanpun siswa bisa mengakses system ini. Aktifitas perkuliahan ditawarkan untuk bisa melayani seperti perkuliahan biasa. Ada penyampaian materi berbentuk teks maupun hasil penyimpanan suara yang bisa di download, selain itu juga ada forum diskusi, bisa juga seorang dosen memberikan nilai, tugas dan pengumuman kepada siswa.
Dengan demikian maka e-learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, vidiotape, transmisi satellite atau komputer.

 2.1. Teknologi Pendukung e-Learning
Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Dalam perkembangannya, komputer yang paling populer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran secara electronic, karena itu dikenal dengan istilah:
a) computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer; dan
b)  computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer.
Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies (radio, audio tape, voice mail telephone) dan Video Information Technologies (misalnya: video tape, video text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah Data Information Technologies (misalnya: bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration).
 
2.2. Cara Penyampaian/Pemberian Pembelajaran
Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-learning, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a)  One way communication (komunikasi satu arah); dan
b)    Two way communication (komunikasi dua arah).
Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada saat instruktur memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan; dan
2)  Dilaksanakan melalaui cara tidak langsung (a-synchronous). Misalnya pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum digunakan.
Karakteristik e-learning ini antara lain adalah:  (a) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana dosen dan mahasiswa, mahasiswa dan sesama mahasiswa atau dosen dan sesama dosen dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler; (b) Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks); (c) menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya; dan (d) memanfaatkan jadual pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer;
Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi terhadap tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran guru, karena itu disebut the era of teacher. Kini, proses belajar dan mengajar, banyak didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajar dan mengajar akan didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (the era of teacher, book and technology).

2.3. Rancangan Instruksional dalam Model Pembelajaran e-learning
Dalam menentukan rancangan instruksional model pembelajaran e-learning perlu dipertimbangkan aspek-aspek (Soekartawi, et al, 1999; Yusup Hashim and Razmah, 2001):
a)     Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan, topik yang relevan dan satuan kredit semester;
b) Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status pekerjaan, dsb-nya;
c)   Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam di bagian ini;
d)   Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit, dsb-nya;
e)      State instructional objectives. Tujuan instruksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari analisis instruksional;
f)  Construct criterion test items. Penyusunan test ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan;
g) Select instructional strategy. Strategi instruksional dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas yang ada.

2.4. Model e-learning pada Universitas Harapan Indonesia Palembang
Model pembelajaran e-learing yang sedang dikembangkan pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang di ataranya adalah: penelusuran referensi lewat internet, dengan search enggine seperti, ensiklopedia umum id.wikipedia.org, e-book, e-jurnal, penyediaan content manajemen system pada portal e-learning Unimus, dan neet-meeting.

3.       Pengertian kompetensi
Untuk memahami pengertian “standar kompetensi”, hendaknya ditelusuri terlebih dahulu pengertian dari “kompetensi”. Berkaitan dengan definisi/pengertian “kompetensi”, berikut adalah pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan pengertian kompetensi tersebut:
1)    Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu”;
2) Association K.U. Leuven mendefinisikan bahwa pengertian kompetensi adalah peingintegrasian dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memungkinkan untuk melaksanakan satu cara efektiaaf;
3)     Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu: Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work experience and learning by doing.

Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan definisi kompetensi di atas, komponen-komponen atau karakteristik yang membentuk sebuah kompetensi menurut Spencer & Spencer adalah :
1)     Motives, yaitu konsistensi berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau dikehendaki oleh seseorang, sehingga me-nyebabkan suatu kejadian. Motif tingkah laku seperti me-ngendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih untuk menghadapi kejadian atau tujuan tertentu;
2)   Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi tertentu;
3)      Self Concept, yaitu sikap, nilai, atau imaginasi seseorang;
4)      Knowledge, informasi seseorang dalam lingkup tertentu. Komponen kompetensi ini sangat kompleks. Nilai dari knowledge test, sering gagal untuk memprediksi kinerja karena terjadi kegagalan dalam mengukur pengetahuan dan kemampuan sesungguhnya yang diperlakukan dalam pekerjaan;
5)      Skills, yaitu kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental tertentu.

Komponen kompetensi motives dan traits disebut hidden compe-tency karena sulit untuk dikembangkan dan sulit mengukurnya. Komponen kompetensi knowledge dan skills disebut visible competency yang cenderung terlihat, mudah dikembangkan dan mudah mengukurnya. Sedangkan komponen kompetensi self concept berada di antara kedua kriteria kompetensi tersebut. Kompetensi merupakan kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku (attitude) yang dapat diamati dan di-terapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi pribadi seseorang terhadap organisasinya.
Definisi yang diajukan oleh Spencer & Spencer menjelaskan bahwa dalam menggunakan konsep kompetensi harus ada “Kriteria Pembanding” (Criterion Reference) untuk membukti-kan bahwa sebuah elemen kompetensi mempengaruhi baik atau buruknya kinerja seseorang. Pada umumnya setiap orang memiliki kinerja yang sama (average performance) tetapi ada beberapa orang memiliki keahlian yang khusus (superior performance) sehingga harus dibedakan dari orang-orang yang lain. Kriteria pembanding yang digunakan dalam konsep kompetensi untuk membedakan superior performance dengan average per-formance adalah sebagai berikut:
1)     Cross Cultural Interpersonal Sensitivity Kemampuan untuk memahami budaya orang lain melalui tingkah laku dan ucapannya, serta untuk memprediksi bagai-mana mereka akan bereaksi;
2)   Positive Expectations of Others Kepribadian yang kuat dalam memahami formalitas dan nilai dari orang lain yang berbeda dengan diri sendiri, dan kemampuan untuk mempertahankan pandangan positif ke-tika berada dalam tekanan;
3)     Speed in Learning Political Networks, Kemampuan untuk mengerti dengan cepat sehingga mempengaruhi apa dan siapa masing-masing orang dalam kepentingan politiknya.

Rychen dan Salganik (2003:43-46), mendefinisikan kompetensi sebagai kemampuan untuk berhasil dalam menghadapi tuntutan yang kompleks dalam konteks khusus melalui pengerahan persyaratan psikososial (meliputi aspek kognitif dan non-kognitif). Fokus utamanya adalah pada keberhasilan pencapaian seseorang melalui tindakan, pilihan, atau berperilaku, yang merujuk tuntutan. Tindakan yang merujuk tuntutan ini melibatkan struktur mental internal kemampuan, watak atau sumber yang melekat dalam individu.
Secara ringkas, seperti diadopsi DeSeCo (Definition and Selection of Competency) model mendasar dari kompetensi adalah utuh dan dinamis dalam menghadapi tuntutan yang kompleks, dengan menggabungkan prasyarat psikososial (meliputi kognitif, motivasi, etika, kemamuan sendiri dan komponen sosial) dan konteks dalam sebuah sistem yang kompleks yang menghasilkan kinerja terbaik atau tindakan seefektif mungkin. Jadi kompetensi tidak terjadi secara bebas dari hubungan antara tindakan dan konteks. Malahan, dipahami dalam hubungan ketergantungan dan dinyatakan dengan tindakan yang mempunyai tujuan yang diberikan seseorang dalam sebuah situasi khusus.




E. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development).

2.Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah tenaga edukatif di Universitas Harapan Indonesia Palembang.

3. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini bertempat di Universitas Harapan Indonesia Palembang, di laksanakan mulai bulan Januari- Mei 2012.

 4. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel bebas, yaitu : Faktor-Faktor Pendukung E-learing: Ketersediaan Perangkat ICT, kemampuan Dosen Memanfaatkan ITC, dan kemudahan Akses/keaktifan Mahasiswa, variabel antaranya adalah Model Pembelajaran e-learing, sedangkan variabel terikat: Kompetensi Dosen

5. Definisi Operasional
Model pembelajaran e-learing meliputi, model-model pengembangan pembelajaran yang memungkinkan untuk dikembangkan menggunakan perangkat ICT, penelusuran referensi lewat browsing internet, content pembelajaran yang tersedia dalam situs e-learing internal, keaktifan dan kreativitas dosen dalam mengisi konten-konten pembelajaran, kelengkapan materi dan referensi yang tersedia dalam fasilitas e-learning, kemudahan akses dosen, serta tingkat keaktifan dosen dalam melakukan pembelajaran menggunakan e-learing. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya kompetensi dosen.

6. Model Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Seperti dijelaskan oleh Borg & Gall (1983:772) “Educational research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational products”. Secara konseptual, pendekatan penelitian dan pengembangan mencakup 10 langkah umum, sebagaimana diuraikan Borg & Gall (1983:775), seperti model di bawah ini.
Gambar 2. Desain Model Penelitian
Keterangan:
1)  Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian;
2) Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;
3) Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap keyakan alat-alat pendukung;
4)   Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala terbatas, Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi atau angket;
5)      Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap diujicoba lebih luas;
6)   Main field testing, biasanya disebut ujicoba utama yang melibatkan seluruh dosen dan mahasiswa Universitas Harapan Indonesia Palembang;
7)    Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/penyempur-naan terhadap hasil ujicoba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi;
8)      Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan;
9) Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);
10)   Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan produk/model yang dikembangkan pada Universitas Harapan Indonesia Palembang.

7. Teknik dan alat pengumpulan data
Pengumpulan data di lakukan dengan penelusuran dokumen untuk mendapatkan data akurat mengenai kondisi Universitas Harapan Indonesia Palembang; wawancara dengan pimpinan atau ketua program studi, kuesioner kepada dosen dan mahasiswa mengenai :
1)      Ketersediaan perangkat ICT di Universitas harapan Palembang Indonesia
2)      Kemampuan dosen memanfaatkan ICT
3)      Keaktifan mahasiswa dalam memanfaatkan ICT
4)      Pengembangan model pembelajaran E-learning
8. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan karakteristik penelitian yang dilakukan, data yang dihasilkan dari kuesioner dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif untuk melihat kecenderungan-kecenderungan yang terjadi. Sedangkan data yang bersifat kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara, focus group discussion (FGD),  dan dokumen, dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif model interaktif yang secara simultan terdiri dari tahapan:
1)      pengumpulan data,
2)      Reduksi data,
3)      penyajian data, dan
4)      penarikan kesimpulan/verifikasi.

DAFTAR RUJUKAN
Bambang Riyanto. 2006. Perancangan Aplikasi M-Learning Berbasis Java. Bandung: STEI-ITB
Borg, W, & Gall, M., 1989, “Educational Research”, (Fifth edition) Logman New York & Londo.
Chris. 2009. Pengertian TIK. http://qkeyris.blogspot.com/2009/01/ di akses pada 3 Januari 2012




Muhammad Zainal Abidin, 2009. Prinsip-prinsip Pembelajaran berbasis Kompetensi

http://meetabied.wordpress.com22 Nov 2009. di akses pada 3 Januari 2012

Mujie. 2010. Pengertian Kompetensi dan Kompetensi Guru. wordpress.com/2010/01/11/ di akses pada 3 Januari 2012

Romi Satria Wahono 2009. Pengantar E-Learning dan Pengembangannya located www.ilmukomputer.org di akses pada 3 Januari 2012
Soekartawi (2002b), e-Learning: Konsep dan Aplikasinya. Bahan-Ceramah/Makalah disampaikan pada Seminar yang diselenggarakan oleh Balitbang Depdiknas, Jakarta, 18 Desember 2002.
Ulu, Samsul. 2010. Teknologi Informasi dan komunikasi dalam Pendidikan. wordpress.com/2010/06/09/.  di akses pada 3 Januari 2012

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates